Pages

Saturday, 6 February 2021

Teknik Penyampaian Pesan Komunikasi

Secara umum, teknik penyampaian pesan komunikasi terbagi ke dalam dua cara, yaitu "Bermedia dan Tidak Bermedia" ;

A. BERMEDIA

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada bebrapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, maka media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indera manusia, seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca indera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu sebelum dinyatakan dalam tindakan

Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menggolongkan media atas 4 macam, yakni;

  1. Media antar pribadi; Untuk hubungan perorangan (antarpribadi), maka media yang tepat digunakan ialah kurir (utusan), surat dan telepon Kurir banyak digunakan oleh orang-orang dahulu untuk menyampaikan pesan Di daerah-daerah pedalaman pemakaian kurir sebagai saluran komunikasi masih ditemukan, misalnya melalui orang yang berkunjung ke pasar pada hari- hari tertentu, sopir oto yang dititipi pesan, pedagang antar kampung dan sebagainya. Surat adalah media antarpribadi yang makin banyak digunakan, terutama dengan makin meningkatnya sarana pos serta makin banyaknya penduduk yang dapat menulis dan membaca. Surat dapat menampung pesan-pesan yang sifatnya pribadi, tertutup dan tak terbatas oleh ruang dan waktu. Telepon selain memiliki kelebihan dalam kecepatan pengiriman dan penerimaan informasi telepon juga lebih ekonomis dibandingkan dengan biaya transportasi, waktu yang relatif singkat serta interaktif.
  2. Media kelompok; Dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan khalayak lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok. misalnya rapat, seminar dan konperensi. Rapat biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi suatu organisasi. Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasanya dihadın oleh khalayak tidak lebih dari 150 orang Tujuannya ialah membicarakan suatu masalah dengan menampilkan pembicara, kemudian meminta pendapat atau tanggapan dari peserta seminar yang biasanya dari kalangan pakar sebagai nara sumber dan pemerhati dalam bidang itu dan pengurus dari organisasi tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi, tapi Komperensi adalah media komunikasi kelompok yang dihadiri oleh anggota biasanya dalam status sebagai peninjau.
  3. Media Publik; Kalau khalayak sudah lebih dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan biasanya disebut media publik, misalnya surat kabar, rapat raksasa dan semacamnya. Dalam rapat akbar, khalayak berasal dari berbagai macam bentuk, tetapi masih mempunyai homogenitas, misalnya kesamaan partai, kesamaan agama, kesamaan kampung dan sebagainya.
  4. Media Massa; Jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa adlanh alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunkan alatOnlat komunikasi mekanis seperti surat kabar televisi, radio dan film.

B. TIDAK BERMEDIA

Tehnik penyampain Pesan komunikasi Tidak Bermedia pada umumnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu "Pesan Verbal" dan "Pesan Non Verbal".

I. Pesan Verbal

Kode verbal dalam pemakaiannya menggunkan bahasa Ada dua cara untuk mendefenisikan bahasa, yaitu :

  1. Fungsional (dari segi fungsinya)" alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan
  2. Formal: " semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa

Dalam komunikasi linguistik, kerangka konseptual dan sistem kepercayaan

menentukan berhasil tidaknya komunikasi tersebut

Bahasa memiliki 3 fungsi, yaitu :

  1. Penamaan (labeling); penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi
  2. Interaksi: menekankan berbagi gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan& kebingungan.
  3. Transmisi informasi

Dalam Teori General Semantik, dikatakan bahwa Bahasa seringkali tidak lengkap mewakili kenyataan. Teori ini berusaha menguraikan kesalahan penggunaan bahasa, menelaah bagaimana berbicara cermat, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaaan yang sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan Peletak dasar teori ini adalah Alfred korzybski yang kemudian dipopulerkan oleh dan kesalahpahaman

Menurut Wendell Johnson dan Hayakawa, Ada 4(empat) hal yang ditekankan dalam teori ini, yaitu 2 perintah dan 2 larangan :

1. Berhati-hati menggunakan "abstraksi" .

Abstraksi menyebabkan cara-cara penggunaan bahasa yang tidak cermat, 3 buah diantaranya:

  • Dead Level Abstracting (abstraksi kaku); Ini terjadi bila kita berhenti pada tingkat abstraksi tertentu, tinggi/rendah terlalu luas. Ex Seorang politisi berkata, "Kami berjuang membela kepentingan rakyat" siapa yang dimaksud rakyat penduduk desa, pejabat atau pendukung pemerintah?. Untuk menghindari hal ini perlu diberikan contoh yang spesifik.
  • Undue Identification; dengan menempatkan sekian banyak objek dalam satu kategori, dengan istilah lain overgeneralisasi. Ex: pernyataan "Semua wanita matre" untuk itu diperlukan indeks. Yaitu wanita 1, dst.
  • Two-valued Evaluation, penilaian dua nilai, pemikiran kalau begitu kalau begini. Ialah kecenderungan menggunakan hanya dua kata untuk melukiskan keadaan. Untuk itu diperlukan multi nilai

2. Berhati-hati dengan dimensi waktu

Bahasa itu statis, sedangkan relitas dinamis. Ketika kita membicarakan seseorang pada waktu 10 th yang lalu, seakan akan dia masih seperti itu sekarang, karena itu diperlukan penanggalan (dating). Dating memaksa individu untuk mengakui faktor perubahan untuk menilai lingkungan, untuk membuat ujaran verbal yang cocok dengan fakta kehidupan yang ada dewasa ini

3. Jangan mengacaukan kata dengan rujukannya. 

Kata - kata atau pernyataan sering merupakan proyeksi tidak sadar dan diri kita sendiri. Kata hanya mewakili rujukan, bukan rujukan itu sendin Dunia kata hanya kumpulan lambang-lambangyang mengungkapkan reaksi kita pada realitas dan bukan realitas itu sendir.

Ex kita menyebut "jeruk itu manis". Dengan kata itu kita mengasumsikan bahwa jeruk itu manis, padahal sebetulnya perasaan kitalah yang menilai manis, orang lain mungkin merasakannya kecut.

4. Jangan mengacaukan pengamatan dengan kesimpulan

Ketika melihat fakta, kita membuat pernyataan untuk melukiskan fakta itu. Pernyataan itu kita sebut pengamatan Kita menarik kesimpulan hila menghubungkan hal-hal yang diamati dengan sesuatu yang tidak teramati Ex. Kita berkata: "baju wati sudah kehilangan warna" berarti kita sedang melakukan pengamatan. Namun jika kita berkata bahwa "Wati kurang memperhatikan pakaiannya" , itu adalah kesimpulan.

II. Pesan Nonverbal

Meskipun secara teoritis, komunkasi nonverbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi ini jalin menjalin dalam komunikasi tatap muka sehari-hari. Suatu perbedan yang menonjol antara pesan verbal dan nonverbal adalah bahwa pesan verbal terpisah-pisah, sedangkan
pesan nonverbal sinambung. Sementara perilaku verbal adalah saluran-tunggal. perilaku nonverbal bersifat multi saluran.

1. Fungsi pesan nonverbal

  • Repetisi : Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. contoh Setelah menolak, mengeleng-geleng kepala.
  • Substitusi Menggantikan lambang-lambanga verbal. contoh : mengangguk tanda setuju.
  • Kontradiksi Menolak pesan verbal/memberi makna lain terhadap pesan verbal. contoh Memuji tapi dengan mencibi.
  • Komplemen: Melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. contoh : Air muka/air mata pertanda penderitaan.
  • Aksentuasi Menegaskan pesarr nonverbal/menggaris bawahi. contoh : Mengungkapkan betapa jengkelnya dengan memukul meja

2. Klasifikasi pesan nonverbal (yang bisa dilihat) secara garis besar ada 3 (tiga)

  • pesan nonverbal visual, yang meliputi kinesik, proksemik dan artifaktual
  1. Pesan kinesik : yang menggunakan gerak tubuh.
  2. pesan proksemik; disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
  3. Pesan artifaktual; diungkapkan melalui penampilan, baik itu pakaian, kosmetik dsb.
  • Pesan nonverbal auditif (yang bisa didengar). Terdiri hanya pada pesan paralingustik, yaitu pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara pengucapan pesan verbal, baik itu nada, kualitas suara, volume, kecepatan dan lain-lain
  • Pesan nonverbal nonvisual nonauditif, yaitu pesan berupa sentuhan ataupun bau-bauan.

 

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Referensi

Diktat Ilmu Komunikasi oleh Siti Zaenab, S.Ag (Dosen Ilmu Komunikasi IAIN Palangka Raya)

No comments:

Post a Comment